DAFTAR
ISI
Daftar Isi i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2. Program Evaluation and
Review Technique (PERT)
1.2.1 Tujuan
1.2.2 Manfaat
BAB II TEORI
DASAR
2.1 PERT (Program Evaluation and Review Technique)
2.1.1 Pengertian PERT
2.1.2 Karakteristik
2.1.3 Kelebihan dan kekurangan metode PERT
2.1.4 Metodologi
dan Komponen-komponen PERT
2.1.4.1
Metodologi PERT
2.1.4.2
Komponen-komponen dalam Pembuatan PERT
BAB III PEMBAHASAN
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyek
adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan
alokasi sumber daya yang tersedia dan bertujuan untuk melaksanakan tugas yang
telah ditetapkan. Penjadwalan proyek adalah rencana pengurutan kerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sasaran khusus dengan saat penyelesaian
yang jelas.
Pengelolaan
proyek-proyek berskala besar yang berhasil memerlukan perencanaan,
penjadwalan, dan pengkoordinasian yang hati-hati dari berbagai aktivitas yang
saling berkaitan. Untuk itu kemudian dikembangkan prosedur-prosedur formal yang
didasarkan atas penggunaan jaringan kerja (network) dan teknik-teknik network.Analisa
jaringan kerja merupakan suatu perpaduan pemikiran yang logis, digambarkan
dengan suatu jaringan yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan memungkinkan
pengolahan secara analitis. Analisa jaringan kerja memungkinkan suatu
perencanaan yang efektif dari suatu rangkaian yang mempunyai
interaktivitas.
Metode manajemen banyak bermanfaat terutama dalam hal perencanaan, penjadwalan,
dan pengawasan pembangunan proyek, bermanfaat dalam pengambilan keputusan (decision
making) serta kegiatan-kegiatan operasional lainnya. Penerapan metode
manajemen disegala bidang kegiatan pada kenyataannya prosedurnya tidaklah
begitu kompleks, hal mana dapat dianalisa secara sistematis dan sederhana
dengan menggunakan analisa jaringan kerja. Analisa jaringan kerja merupakan
suatu istilah umum yang digunakan untuk semua aspek jaringan kerja dalam
perencanaan dan pengawasan proyek, serta penggunaan waktu secara efektif dan
efisien sangat diperlukan. Sehingga dalam pengerjaan sebuah proyek, tak jarang
dilaksanakan dengan mempercepat waktu pengerjaan dengan mengalokasikan sejumlah
biaya tambahan. Ada dua teknik utama yang berkaitan dengan proyek perencanaan
yang digunakan saat ini: Metode Jalur Kritis (CPM) dan Evaluasi Proyek dan
Ulasan Teknik (PERT).
Setiap
aktivitas dalam proyek, pada dasarnya dituntut agar mampu menggunakan waktu
secara efektif dan efisien dengan hasil yang berkualitas. Untuk itu digunakan
analisis dengan metode PERT (Program Evaluation and Review Technique).
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan
penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada di
dalam suatu proyek.
1.2.
Program Evaluation and Review Technique (PERT)
Bekerja terpisah namun serupa juga
sedang dilakukan pada pertengahan tahun 1950-an oleh Angkatan Laut Amerika
Serikat. Pemerintah AS ditemukan Rusia sedang mengembangkan teknologi rudal
mereka sendiri, dan karena keamanan nasional yang dipertaruhkan Angkatan Laut
segera meluncurkan program mereka sendiri untuk menutup kesenjangan rudal. Proyek
ini sangat besar, dan jadi penting untuk Angkatan Laut untuk melakukan
penelitian tentang perencanaan dan pengendalian rumit proyek. Penelitian ini
disebut sebagai Evaluasi Program Penelitian Tugas (kode-nama PERT). Pada bulan
Februari tahun 1958, Dr C.E. Clark, dari tim PERT, memperkenalkan Diagram panah
pertama. PERT, kemudian disebut sebagaiEvaluasi Program dan Ulasan Teknik,
diaplikasikan pada Program Rudal Balistik 3 Armada akhir tahun itu. Dengan
lebih dari 3.000 kontraktor, vendor, dan lainnya tim yang terlibat, itu penting
strategis untuk menyelesaikan proyek dengan cepat dan efisien. PERT membuktikan
nilainya, dan diberikan kredit untuk mengambil dua tahun dari perkiraan waktu
yang diperlukan untuk mengembangkan rudal Polaris, dan masih standar untuk
semua proyek Angkatan Laut saat ini.
PERT
dikembangkan oleh perusahaan konsultan Booz-Allen and Hamilton pada tahun
1958-1959 ketika mereka diminta oleh Lockheed Aircraft Corporation untuk
menyusun model perencanaan dan pengendalian proyek Polaris Weapon System, yaitu
proyek khusus dari US Navy. Kehandalan model PERT sebagai alat bantu dalam
perencanaan dan pengendalian operasi diuji pada proyek tersebut, dan ternyata
sukses luar biasa. PERT, dalam proyek Polaris, berhasil
mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan yang melibatkan 250 kontraktor utama, lebih dari 9000
subkontraktor, sejumlah agen, dan ribuan individu sehingga proyek tersebut bisa
diselesaikan enam belas bulan lebih cepat dari taksiran semula. Sebagai dampak
dari keberhasilan itu, pemerintah Amerika kemudian menerapkan PERT pada
proyek-proyek berikutnya seperti proyek angkatan udara, yaitu: Minuteman,
Skybolt, dan Dyna-Soar serta proyek angkatan laut yang lain yaituNike-Zeus. Sejak
saat itu, PERT menyebar dengan pesat pada industri pertahanan dan ruang
angkasa. Kehandalan PERT sebagai alat perencanaan yang efektif tercermin pula
pada keputusan pemerintah Amerika (1962) yang menghendaki penggunaan PERT pada
kontrak-kontrak pembangunan dan proyek-proyek penelitian yang disponsori oleh
pemerintah. Siswanto (2007).
1.2.1
Tujuan
Tujuan dari PERT
secara umum adalah untuk menentukan waktu terpendek yang diperlukan untuk
merampungkan proyek atau menentukan jalur kritis (Critical Path), yaitu
jalur dalam jaringan yang membutuhkan waktu penyelesaian paling lama.
Adapun tujuan
PERT secara khusus/rinci yaitu:
1. Mengurangi
penundaan pekerjaan
2. Mengurangi
gangguan
3. Mengurangi
konflik produksi
1.2.2
Manfaat
Manfaat PERT
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.
2. Dapat
mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
3. Dapat mengetahui
kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik untuk kelancaran proyek.
4. Dapat
mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.
5.
Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.
BAB
II
TEORI
DASAR
2.1
PERT (Program Evaluation and Review Technique)
2.1.1
Pengertian PERT
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang
digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi
bagian-bagian pekerjaan yang ada didalam suatu proyek (febrianto,2011). PERT
merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review
Technique
(teknik
menilai dan meninjau kembali program), teknik PERT adalah suatu metode yang
bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan
produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara
menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek (Upadi,2011). T. Hari Handoko
(1993 hal. : 401) mengemukakan bahwa, PERT adalah suatu metode analisis yang
dirancang untuk membantu dalam penjadwalan dan pengendalian proyek-proyek yang
kompleks, yang menuntut bahwa masalah utama yang dibahas yaitu masalah teknik
untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya sehingga dapat
diselesaikan secara tepat waktu dan biaya. Menurut Saleh Mubarak dalam bukunya
yang berjudul Construction Project Scheduling and Control-2nd ed: “PERT is
an event-oriented network analysis technique used to estimate project
duration when individual activity duration estimates are highly uncertain.”
PERT adalah suatu kondisi yang berorientasi analisis jaringan teknik yang digunakan
untuk memperkirakan durasi proyek ketika memperkirakan durasi kegiatan individu
yang sangat tidak pasti.
2.1.2
Karakteristik
1.
Karakteristik PERT dari langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa
dilihat
suatu
karakteristik dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis dengan diketahuinya jalur
kritis ini maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat
diminimalisasi.
2.
Karakteristik Proyek
a.
Kegiatannya dibatasi oleh waktu; sifatnya sementara, diketahui kapan mulai dan
berakhirnya.
b.
Dibatasi oleh biaya.
c.
Dibatasi oleh kualitas.
d.
Biasanya tidak berulang-ulang.
2.1.3
Kelebihan dan kekurangan metode PERT
1.
Kelebihan pada metode PERT
a.
Berguna pada tingkat manajemen proyek.
b.
Secara matematis tidak terlalu rumit.
c.
Menampilkan secara grafis menggunakan jaringan untuk menunjukkan hubungan antar
kegiatan.
d.
Dapat ditunjukkan jalur kritis, jalur yang tidak ada slack nya atau
halangan.
e.
Dapat memantau kemajuan proyek.
f.
Dapat diketahui waktu seluruh proyek akan diselesaikan.
g.
Mengetahui apa saja kegiatan kritis yaitu kegiatan yang akan menunda proyek
jika terlambat dikerjakan.
h.
Apa kegiatan non-kritis : kegiatan yang boleh dikerjakan terlambat.
i.
Mengetahui probalilitas proyek selesai pada waktu tertentu.
j.
Mengetahui jumlah uang yang dibelanjakan sesuai rencana sesuai dengan proyek
tersebut.
k.
Efisiensi jumlah sumberdaya yang ada dapat menyelesaikan proyek tepat waktu.
2.
Kekurangan pada metode PERT
a.
Kegiatan proyek harus didefinisikan dengan jelas.
b.
Hubungan antar kegiatan harus ditunjukkan dan dikaitkan.
c.
Perkiraan waktu cenderung subyektif oleh perancang PERT.
d.
Terlalu focus pada jalur kritis, jalur yang terlama dan tanpa hambatan.
2.1.4
Metodologi dan Komponen-komponen PERT
2.1.4.1
Metodologi PERT
PERT merupakan metode yang digunakan dalam analisis
network. Analisis network bertujuan untuk membantu dalam penjadwalan dan
pengawasan kompleks yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama
lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan semua kegiatan itu
dapat dilakukan secara sistematis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja.
Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang
melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari
beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event). Titik-titik
tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang
merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari garis
menunjukan suatu urutan pekerjaan. Ada dua pendekatan untuk menggambarkan
jaringan proyek, yaitu:
a. Kegiatan pada
titik (activity on node – AON)
Pada AON, titik menunjukkan kegiatan.

Gambar
: Hubungan peristiwa dan kegiatan pada
AON
b. Kegiatan pada
panah (activity on arrow – AOA)
Pada AOA, panah menunjukkan aktivitas.

Gambar
: Hubungan peristiwa dan kegiatan pada AOA
AOA kadang-kadang memerlukan tambahan kegiatan dummy
untuk memperjelas hubungan. Kegiatan dummy adalah kegiatan yang
sebenarnya tidak nyata, sehingga tidak membutuhkan waktu dan sumberdaya. Dummy
digambarkan dengan garis putus-putus dan diperlukan bila terdapat lebih
dari satu kegiatan yang mulai dan selesai pada event yang sama. Kegunaan
dari kegiatan dummy (semu) yaitu:
a.
Untuk menunjukkan urutan pekerjaan yang lebih tepat bila suatu kegiatan tidak
secara langsung tergantung pada suatu kegiatan lain.
b.
Untuk menghindari network dimulai dan diakhiri oleh lebih dari satu peristiwa
dan menghindari dua kejadian dihubungkan oleh lebih dari satu kegiatan.
Contoh
:

Gambar
: Contoh kegiatan dummy
Keterangan:
Kegiatan A dan B
harus sudah selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai. Sedangkan D dapat dimulai
segera setelah B selesai dan tidak bergantung dengan A.
2.1.4.2
Komponen-komponen dalam pembuatan PERT
Komponen-komponen
dalam pembuatan PERT adalah :
a. Kegiatan (activity)
Suatu
pekerjaan/tugas dimana penyelesaiannya memerlukan periode waktu, biaya, serta
fasilitas tertentu. Kegiatan ini diberi simbol tanda panah.
b. Peristiwa (event)
Menandai
permulaan dan akhir suatu kegiatan. Peristiwa diberi symbol lingkaran (nodes)
dan nomor, dimana nomor dimulai dari nomor kecil bagi peristiwa yang
mendahuluinya.
Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan network PERT:
1) Sebelum suatu
kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahului harus sudah selesai
dikerjakan.
2) Anak panah
menunjukkan urutan dalam mengerjakan pekerjaan.
3) Nodes diberi
nomor supaya tidak terjadi penomoran nodes yang sama.
4) Dua buah
peristiwa hanya bisa dihubungkan oleh satu kegiatan (anak panah).
5) Network hanya
dimulai dari suatu kejadian awal yang sebelumnya tidak ada pekerjaan yang
mendahului dan network diakhiri oleh satu kejadian saja.
Berikut adalah
penjelasan network PERT melalui contoh gambar.
1). Sebuah
kegiatan (activity) merupakan proses penyeleaian suatu pekerjaan selama
waktu tertentu dan selalu diawali oleh node awal dan diakhiri oleh node akhir
yaitu saat tertentu atau event yang menandai awal dan akhir suatu
kegiatan.

2) Kegiatan B
baru bisa dimulai dikerjakan setelah kegiatan A selesai.

3) Kegiatan C baru bisa mulai
dikerjakan setelah kegiatan A dan B selesai.

c. Waktu
Kegiatan (activity time)
Activity
time adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dan berapa
lama waktu penyelesaiannya. Ada 3 estimasi waktu yang digunakan dalam
penyelesaian suatu kegiatan:
1) Waktu
optimistik (a)
Waktu kegiatan
yang dilaksanakan berjalan baik tidak ada hambatan.
2) Waktu
realistik (m)
Waktu kegiatan
yang dilaksanakan dalam kondisi normal dengan
hambatan tertentu yang dapat diterima.
3) Waktu
pesimistik (b)
Waktu kegiatan
dilaksanakan terjadi hambatan lebih dari semestinya.
d. Taksiran
Waktu Penyelesaian Kegiatan
Ketiga estimasi
waktu kemudian digunakan untuk mendapatkan waktu kegiatan yang diharapkan (expected
time) dengan rumus:

Untuk menghitung
varians waktu penyelesaian kegiatan, maka dihitung dengan rumus:

PERT menggunakan
varians kegiatan jalur kritis untuk membantu menentukan varians proyek
keseluruhan. Varians proyek dihitung dengan menjumlahkan varians kegiatan
kritis :

e.
Penjadwalan proyek
Untuk
menentukan jadwal proyek, harus dihitung dua waktu awal dan akhir untuk setiap
kegiatan. Adapun dua waktu awal dan dua waktu akhir yaitu:
1)
Earliest Start (ES) : early start atau mulai terdahulu adalah
waktu paling awal dimana suatu kegiatan sudah dapat dimulai, dengan asumsi
semua kegiatan pendahulu atau semua kegiatan yang mengawalinya sudah selesai
dikerjakan.
2)
Earliest Finish (EF) : early finish atau selesai terdahulu adalah
waktu paling awal suatu kegiatan dapat selesai.
3)
Latest Start (LS) : latest start atau mulai terakhir adalah waktu
terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian
keseluruhan proyek. Latest start menunjukkan waktu toleransi terakhir
dimana suatu kegiatan harus mulai dilakukan.
4)
Latest Finish (LF) : Latest Finish atau selesai terakhir adalah
waktu toleransi terakhir suatu kegiatan harus dapat selesai sehingga tidak
menunda waktu penyelesaian kegiatan berikutnya dan keseluruhanproyek.
Dalam menentukan jadwal proyek dapat menggunakan
proses two-pass yang terdiri dari forward pass dan backward
pass. ES dan EF ditentukan selama forward pass, sedangkan LS
dan LF ditentukan selama backward pass.
1)
Forward Pass
Forward pass
digunakan untuk mengidentifikasi waktu-waktu terdahulu. Sebelum suatu kegiatan
dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu
kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung, ES-nya sama dengan EF dari
pendahulunya. Jika suatu kegiaan mempunyai beberapa pendahulu langsung, ES-nya
adalah nilai maksimum dari semua EF pendahulunya, dengan rumusan:

Waktu selesai
terdahulu (EF) dari suatu kegiatan adalah jumlah dari waktu mulai terdahulu
(ES) dan waktu kegiatannya, dengan rumusan:

Meskipun
forward pass memungkinkan untuk menentukan waktu penyelesaian proyek terdahulu,
ia tidak mengidentifikasikan jalur kritis. Untuk mengidentifikasikan jalur
kritis, perlu dilakukan backward pass untuk menentukan nilai LS dan LF
untuk semua kegiatan.
Contoh
:

Gambar
: Contoh perhitungan ES dan EF
Penjelasan:
a. ES dari A = 0
diperoleh dari EF sebelumnya (mulai) = 0
b. EF dari A = 2
diperoleh dari ES = 0 + waktu dari A (2)
c. Apabila ada
dua jalur untuk ES, pilihlah EF yang paling maksimum.
2) Bakcward Pass
Backward
Pass digunakan untuk menentukan waktu paling akhir yang
masih dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa menunda kurun
waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari
perhitungan forward pass. Untuk setiap
kegiatan,
pertama-tama harus menentukan nilai LF-nya, diikuti dengan nilai LS. Sebelum
suatu kegiatan dapat dimulai, seluruh pendahulu langsungnya harus diselesaikan.
Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi hanya satu kegiatan, LF-nya
sama dengan LS dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya. Jika suatu
kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih dari satu kegiatan, maka LF-nya
adalah nilai minimum dari seluruh nilai LS dari kegiatan-kegiatan yang yang
secara langsung mengikutinya, dengan rumusan:

Waktu mulai
terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedaan antara waktu selesai
terakhir (LF) dan waktu kegiatannya, dengan rumusan:

Contoh :

Gambar
: Contoh perhitungan LS dan LF
Penjelasan :
1. LS dan LF
dari F diperoleh dari ES = 11 dan EF=17 (contoh dari forward pass)
2. LF dari E =
11 diperoleh dari LS sebelumnya (F) = 11
3. LS dari E = 8
diperoleh dari LF = 11 – waktu dari E (3)
4. Apabila ada
dua jalur untuk LF, yang dipilih adalah LS yang paling minimum.
f.
Jalur Kritis
Waktu penyelesaian rangkaian kegiatan-kegiatan di
dalam sebuah proyek akan memberikan gambaran mengenai waktu penyelesaian proyek
itu. Namun, karena sebuah proyek terdiri atas rangkaian kegiatan-kegiatan yang
saling berhubungan, maka penentuan waktu penyelesaian sebuah proyek ditentukan
oleh jalur kritis (critical path), yaitu jalur penyelesaian rangkaian
kegiatan terpanjang. Waktu penyelesaian jalur ini akan menandai waktu
penyelesaian proyek. Oleh karena itu, istilah jalur kritis juga mengisyaratkan
bahwa perubahan waktu penyelesaian kegiatan-kegiatan pada jalur kritis akan
mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Pada network proyek, dapat
ditemukan float/slack yaitu sisa waktu atau waktu mundur
aktivitas, sama dengan LS-ES atau LF-EF. Float/slack memberikan sejumlah
kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah jaringan kerja. Slack time akan
selalu muncul pada rangkaian kegiatan yang bukan merupakan jalur kritis, dan
tidak akan pernah muncul pada jalur kritis.
Slack time menjadi
perhatian manajemen karena slack time akan menjadi sumber daya yang bisa
digunakan dan sumber penghematan yang mungkin dilakukan oleh manajemen. Ini
dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek, atau digunakan pada
waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Slack
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1)
Total float/slack (S)
Jumlah
waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa
mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan.
2)
Free float/slack (SF)
Jumlah
waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi
saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat
terjadinya event lain pada network.
PENERAPAN
MANAJEMEN WAKTU PROYEK ( PERT) PADA PROYEK JARINGAN GARDU DISTRIBUSI GEDUNG PCC
(PRIVATE CENTRE CARE) DOKTER SUDIROHUSODO
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Kegiatan proyek
1.
PERINCIAN KEGIATAN UNTUK PEMASANGAN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
NO
|
Kegiatan
|
VOLUME
|
SATUAN
|
PERISTIWA
|
I
|
Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah
|
|
|
1
|
|
1.Pemancangan Tiang beton 11 m, 250 daN
|
61
|
Batang
|
1.1
|
|
2.Pemasangan Kawat 3x125 mm2 AAAC
|
7560
|
Meter
|
1.2
|
|
3. Pemasangan Single Arm Post Insulator Assembly
Steel Pole/ Tumpu Tunggal 20 KV
|
45
|
set
|
1.3
|
|
- pemasangan Pin
Post Insulator 20 Kv
|
135
|
Buah
|
1.3.1
|
|
- pemasangan Bare
Binding Wire 20 mm2
|
135
|
Meter
|
1.3.2
|
|
- pemasangan Travers
Tumpu TM 3 Pole UNP 10
|
45
|
Batang
|
1.3.3
|
|
-
Pemasangan Tupang Travers LNP 50x50x5x700 mm2
|
90
|
Batang
|
1.3.4
|
|
- Pemasangan
Tanda bahaya pada tiang
|
45
|
Buah
|
1.3.5
|
|
- Pemasangan
Stainless steel strip
|
45
|
Meter
|
1.3.6
|
|
- Pemasangan
Stopping buckle
|
45
|
Buah
|
1.3.7
|
|
4.Pemasangan
Double Arm Post Insulator Assembly Steel Pole/ Tumpu Ganda 20 KV
|
8
|
set
|
1.4
|
|
- Pemasangan Pin
Post Insulator 20 kv
|
48
|
Buah
|
1.4.1
|
|
- Pemasangan Bare
Binding Wire 20 mm2
|
48
|
Meter
|
1.4.2
|
|
-
Pemasangan Travers Tumpu TM 3 Pole UNP 10
|
16
|
Batang
|
1.4.3
|
|
- Pemasangan Double
Arming Bolt 5/8 x 350 mm
|
32
|
Batang
|
1.4.4
|
|
- Pemasangan Tupang
Travers LNP 50x50x5x700 mm2
|
16
|
Buah
|
1.4.5
|
|
- Pemasangan
Tanda bahaya pada tiang
|
8
|
Buah
|
1.4.6
|
|
- Pemasangan
Stainless steel strip
|
8
|
Meter
|
1.4.7
|
|
- Pemasangan
Stopping buckle
|
8
|
Buah
|
1.4.8
|
|
5.Pemasangan
Double Arm Termination Assembly / akhir jaringan JTM/ Aspan Tunggal 20 KV
|
3
|
set
|
1.5
|
|
- Pemasangan
Isolator Tarik 20 kV
|
9
|
Set
|
1.5.1
|
|
- Pemasangan joint sleeve for AAAC
|
9
|
Buah
|
1.5.2
|
|
- Pemasangan
Travers Aspan TM 3 Pole UNP 10
|
6
|
Buah
|
1.5.3
|
|
- Pemasangan
Double Arming Bolt M16 x 300 mm
|
6
|
Buah
|
1.5.4
|
|
- Pemasangan
Tupang Travers LNP 50x50x5x700 mm2
|
2
|
Buah
|
1.5.5
|
|
- Pemasangan
Tanda bahaya pada tiang
|
2
|
Buah
|
1.5.6
|
|
- Pemasangan
Stainless steel strip
|
3
|
Meter
|
1.5.7
|
|
- Pemasangan
Stopping buckle
|
3
|
Buah
|
1.5.8
|
|
6.Pemasangan
Section Pole Assembly / Aspan Ganda 20 KV
|
4
|
Set
|
1.6
|
|
- Pemasangan
Isolator Tarik 20 kv
|
24
|
Set
|
1.6.1
|
|
- Pemasangan
joint sleeve for AAAC
|
24
|
Buah
|
1.6.2
|
|
- Pemasangan
Travers Aspan TM 3 Pole UNP 10
|
8
|
Buah
|
1.6.3
|
|
- Pemasangan
Double Arming Bolt 5/8 x 350 mm
|
16
|
Buah
|
1.6.4
|
|
- Pemasangan
Tanda bahaya pada tiang
|
4
|
Buah
|
1.6.5
|
|
- Pemasangan
Stainless steel strip
|
4
|
Meter
|
1.6.6
|
|
- Pemasangan
Stopping buckle
|
4
|
Buah
|
1.6.7
|
|
7.Pemasangan
Right Angle Termination Assembly/aspan
tunggal + aspan tunggal 20
KV ( A’+A’)
|
1
|
set
|
1.7
|
|
- Pemasangan
Isolator Tarik 20 kV
|
6
|
Set
|
1.7.1
|
|
- Pemasangan
Bare binding wire 20 mm2
|
2
|
Meter
|
1.7.1
|
|
- Pemasangan
Joint sleeve for AAAC
|
3
|
Buah
|
1.7.2
|
|
- Pemasangan
Travers Aspan TM 3 Pole UNP 00
|
4
|
Buah
|
1.7.3
|
|
- Pemasangan
Double Arming Bolt 5/8 x 350 mm
|
8
|
Buah
|
1.7.4
|
|
- Pemasangan
Tanda bahaya pada tiang
|
1
|
Buah
|
1.7.5
|
|
- Pemasangan
Stainless steel strip
|
1
|
Meter
|
1.7.6
|
|
- Pemasangan
Stopping buckle
|
1
|
Buah
|
1.7.7
|
|
8.Pemasangan Tupang Tarik
|
9
|
Set
|
1.8
|
|
- Pemasangan
Strain Insulator for guy 12 kV
|
9
|
Buah
|
1.8.1
|
|
- Pemasangan
Double Bougle
|
9
|
Buah
|
1.8.2
|
|
- Pemasangan
Plat Beton 40 x 40 x 15 cm
|
9
|
Buah
|
1.8.3
|
|
- Pemasangan
Angker rod + klem penyambung
|
9
|
Buah
|
1.8.4
|
|
- Pemasangan U
Klem
|
72
|
Buah
|
1.8.5
|
|
- Pemasangan
Kaos baja
|
18
|
Buah
|
1.8.6
|
|
- Pemasangan
Steel wire 70 mm2
|
135
|
Meter
|
1.8.7
|
|
9.Pemasangan Tupang Tekan
|
5
|
Set
|
1.9
|
|
- Pemancangan Tiang
beton 11 m, 200 daN
|
5
|
Batang
|
1.9.1
|
|
- Pemasangan
Sangga Tupang Tekan
|
5
|
Batang
|
1.9.2
|
|
- Pemasangan
Double Beugle
|
10
|
Buah
|
1.9.3
|
|
- Pemasangan
Beugle
|
5
|
Buah
|
1.9.4
|
|
- Pemasangan
Plat beton 40 x 40 x 15 cm
|
5
|
Buah
|
1.9.5
|
|
10.Pemancangan Tupang tarik dengan tiang bantu
|
4
|
Set
|
1.10
|
|
- Pemancangan Tiang
beton 11 m, 200 daN
|
4
|
Batang
|
1.10.1
|
|
- Pemasangan
Strain Insulator for guy 12 kV
|
4
|
Buah
|
1.10.2
|
|
- Pemasangan
Double Beugle
|
12
|
Buah
|
1.10.3
|
|
- Pemasangan
Spanscroef 5/8”
|
4
|
Buah
|
1.10.4
|
|
- Pemasangan
Plat Beton 40 x 40 x 15 cm
|
4
|
Buah
|
1.10.5
|
|
- Pemasangan
Angker rod + klem penyambung
|
4
|
Buah
|
1.10.6
|
|
- Pemasangan U
Klem
|
64
|
Buah
|
1.10.7
|
|
- Pemasangan
Kaos baja
|
16
|
Buah
|
1.10.8
|
|
- Pemasangan
Steel wire 70 mm2
|
140
|
Meter
|
1.10.9
|
2.
PERINCIAN PEMASANGAN MATERIAL UNTUK JARINGAN
TEGANGAN RENDAH (JTR)
NO
|
KEGIATAN
|
JUMLAH
|
SATUAN
|
PERISTIWA
|
II
|
Kontruksi Jaringan Tegangan Rendah
|
|
|
2
|
|
1. Pemancangan
Tiang Beton
|
89
|
Batang
|
2.1
|
|
2. Pemasangan
Kabelx 3 x 35 + 1 x 25 mm2
LPTC
|
4322,8
|
Meter
|
2.2
|
|
3. Pemasangan
Suspension Assembly Small Angle / konstruksi lurus
|
63
|
Set
|
2.3
|
|
- Pemasangan
Pole Bracket
|
63
|
Buah
|
2.3.1
|
|
- Pemasangan
Suspension Clamp
|
63
|
Buah
|
2.3.2
|
|
- Pemasangan
Clain Link
|
63
|
Buah
|
2.3.3
|
|
- Pemasangan
Strip
|
126
|
Buah
|
2.3.4
|
|
- Pemasangan
Stopping Buckle
|
126
|
Buah
|
2.3.5
|
|
- Pemasangan
Strap
|
126
|
Buah
|
2.3.6
|
|
- Pemasangan
Through Bolt
|
63
|
Buah
|
2.3.7
|
|
|
|
|
|
|
4. Pemasangan
Section Pole Assembly Large Angle (LA) / konstruksi pada jaringan sudut
|
4
|
Set
|
2.4
|
|
- Pemasangan
Pole Bracket
|
4
|
Buah
|
2.4.1
|
|
- Pemasangan
Suspension Clamp
|
8
|
Buah
|
2.4.2
|
|
- Pemasangan
Removabe Ring
|
8
|
Buah
|
2.4.3
|
|
- Pemasangan
Strap
|
8
|
Buah
|
2.4.3
|
|
- Pemasangan
Stopping Buckle
|
8
|
Buah
|
2.4.4
|
|
- Pemasangan
Strip
|
8
|
Buah
|
2.4.5
|
|
- Pemasangan
Through Bolt
|
8
|
Buah
|
2.4.6
|
|
- Pemasangan
Wedge
|
8
|
Buah
|
2.4.7
|
|
|
|
|
2.4.8
|
|
5. Pemasangan
Dead End Assembly (DA) / konstruksi pada ujung jaringan
|
38
|
Set
|
2.5
|
|
- Pemasangan
Pole Bracket
|
38
|
Buah
|
2.5.1
|
|
- Pemasangan
Strain Clamp
|
38
|
Buah
|
2.5.2
|
|
- Pemasangan
Removabe Ring
|
38
|
Buah
|
2.5.3
|
|
- Pemasangan
Wedge
|
38
|
Buah
|
2.5.4
|
|
- Pemasangan
Strap
|
152
|
Buah
|
2.5.5
|
|
- Pemasangan
Stopping Buckle
|
152
|
Buah
|
2.5.6
|
|
- Pemasangan
Strip
|
76
|
Buah
|
2.5.7
|
|
- Pemasangan
Pipa PVC
|
76
|
Batang
|
2.5.8
|
|
|
|
|
|
|
6. Pemasangan Tupang Tarik
|
18
|
Set
|
2.6
|
|
- Pemasangan
Strain Insulator for guy 12 kV
|
18
|
Buah
|
2.6.1
|
|
- Pemasangan
Double Bougle
|
18
|
Buah
|
2.6.2
|
|
- Pemasangan
Spanscroef 5/8”
|
18
|
Buah
|
2.6.3
|
|
- Pemasangan
Plat Beton 40 x 40 x 15 cm
|
18
|
Buah
|
2.6.4
|
|
- Pemasangan
Angker rod + klem penyambung
|
18
|
Buah
|
2.6.5
|
|
- Pemasangan U
Klem
|
144
|
Buah
|
2.6.6
|
|
- Pemasangan
Kaos baja
|
36
|
Buah
|
2.6.7
|
|
- Pemasangan
Steel wire 70 mm2
|
270
|
Meter
|
2.6.8
|
|
7. Pemasangan Tupang Tekan
|
1
|
Set
|
2.7
|
|
- Pemasangan
Tiang beton 11 m, 200 daN
|
1
|
Batang
|
2.7.1
|
|
- Pemasangan
Sangga Tupang Tekan
|
1
|
Batang
|
2.7.2
|
|
- Pemasangan
Double Beugle
|
2
|
Buah
|
2.7.3
|
|
- Pemasangan
Beugle
|
1
|
Buah
|
2.7.4
|
|
- Pemasangan
Plat beton 40 x 40 x 15 cm
|
1
|
Buah
|
2.7.5
|
|
8. Pemasangan Tupang tarik dengan tiang bantu
|
1
|
Set
|
2.8
|
|
- Pemasangan
Tiang beton 11 m, 200 daN
|
1
|
Batang
|
2.8.1
|
|
- Pemasangan
Strain Insulator for guy 12 kV
|
1
|
Buah
|
2.8.2
|
|
- Pemasangan
Double Beugle
|
3
|
Buah
|
2.8.3
|
|
- Pemasangan
Spanscroef 5/8”
|
1
|
Buah
|
2.8.4
|
|
- Pemasangan
Plat Beton 40 x 40 x 15 cm
|
1
|
Buah
|
2.8.5
|
|
- Pemasangan
Angker rod + klem penyambung
|
1
|
Buah
|
2.8.6
|
|
- Pemasangan U
Klem
|
16
|
Buah
|
2.8.7
|
|
- Pemasangan
Kaos baja
|
4
|
Buah
|
2.8.8
|
|
- Pemasangan
Steel wire 70 mm2
|
35
|
Meter
|
2.8.9
|
|
9. Pemasangan Pentanahan Ujung JTR
|
21
|
Set
|
2.9
|
3.
RINCIAN PEMASANGAN GARDU DISTRIBUSI
NO
|
KEGIATAN
|
JUMLAH
|
SATUAN
|
PERISTIWA
|
III
|
Pemasangan Gardu
Distribusi
|
2
|
Set
|
3
|
|
1. Pemasangan
Kabel dari trafo menuju lemari NYY 4x50 mm2
|
18
|
Meter
|
3.1
|
|
2. Pemasangan
Kabel dari lemari menuju
jaringan NYY 4x30 mm2
|
24
|
Meter
|
3.2
|
|
3. Pemasangan
Konstruksi dudukan trafo
|
2
|
Set
|
3.3
|
|
4. Pemasangan Arrester
|
6
|
Buah
|
3.4
|
|
5. Pemasangan Fuse Cut Out
|
6
|
Buah
|
3.5
|
|
6. Pemasangan Trafo Distribusi 100 KV
|
2
|
Set
|
3.6
|
|
7. Pemasangan
Pipa galvanis 3”(pelindung naik turun kabel)
6 meter
|
6
|
Set
|
3.7
|
|
8. Pemasangan Konstruksi dudukan lemari
|
2
|
Set
|
3.8
|
|
9. Pemasangan Sistem pembumian
|
6
|
Set
|
3.9
|
|
10.
Pemasangan Pipa galvanis 1” 3 m ( ystem pembumian)
|
6
|
Batang
|
3.10
|
|
11. Pemasangan Double Beugel
|
12
|
Batang
|
3.11
|
|
12. Pemasangan Elektroda Pembumian
|
4
|
Buah
|
3.12
|
|
|
|
|
|
4.
RINCIAN PEMASANGAN TRAFO DISTRIBUSI
NO
|
KEGIATAN
|
JUMLAH
|
SATUAN
|
PERISTIWA
|
IV
|
Pemasangan Trafo Distribusi
|
2
|
Set
|
4
|
|
1. Pemasangan
Dudukan Arrester
|
2
|
Set
|
4.1
|
|
2. Pemasangan
Dudukan Trafo
|
2
|
Set
|
4.2
|
|
3. Pemasangan
Dudukan Panel Bagi TR
|
2
|
Set
|
4.3
|
|
4. Pemasangan
Pipa galvanis 3” x 500 mm (pelindung
naik turun kabel)
|
6
|
Batang
|
4.4
|
|
5. Pemasangan
Pipa galvanis 1” x 300 mm ( Sistem pembumian)
|
4
|
Batang
|
4.5
|
|
6. Pemasangan Sistem
Pembumian
|
4
|
Set
|
4.6
|
|
7. Pemasangan
Fuse Cut Out
|
6
|
Set
|
4.7
|
|
8. Pemasangan Arrester
|
6
|
Buah
|
4.8
|
|
9. Pemasangan
Trafo Distribusi 20.000/400V; 3 Φ;
f=50Hz; 100 KVA
|
4
|
Buah
|
4.9
|
|
10. Pemasangan Rak Bagi TR
|
2
|
Set
|
4.10
|
|
11. Pemasangan
Kabel NYY (dari Trafo menuju Rak
Bagi TR) 4 x 50 mm
|
18
|
Meter
|
4.11
|
|
12. Pemasangan
Kabel NYY (dari Rak Bagi TR menuju
Jaringan) 4 x 50 mm
|
24
|
Meter
|
4.12
|
|
|
|
|
|
5.
RINCIAN Penyambungan/ mengkoneksikan jaringan
Gardu distribusi
NO
|
KEGIATAN
|
JUMLAH
|
SATUAN
|
PERISTIWA
|
V
|
Penyambungan/ mengkoneksikan
jaringan Gardu distribusi
|
|
|
5
|
|
1.Penyambungan JTM ke Gardu Distribusi
|
|
|
5.1
|
|
2.Penyambungan Gardu Distribusi ke Trafo Distribusi
|
|
|
5.2
|
|
3.Penyambungan Trafo
Distribusi ke JTR
|
|
|
5.3
|
Metodologi
dan Komponen-komponen PERT
3.1.1
Metodologi Urutan Kegiatan PERT
1. Perencanaan network PERT


Gambar
: kegiatan Node Awal Sampai Akhir
2.
Rincian Perencanaan
network PERT

Gambar
: kegiatan dummy
Keterangan:
Kegiatan A dan B
harus sudah selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai. Sedangkan D dapat dimulai
segera setelah B dan A selesai.
3. Waktu
Kegiatan (activity time)
Activity
time adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dan berapa
lama waktu penyelesaiannya. Ada 3 estimasi waktu yang digunakan dalam
penyelesaian suatu kegiatan:
1) Waktu
optimistik (a)
Jika waktu
kegiatan yang dilaksanakan berjalan baik dan tidak ada hambatan, maka Proyek
dapat terlaksana dalam waktu 1 bulan.
2) Waktu
realistik (m)
Jika waktu
kegiatan yang dilaksanakan dalam kondisi normal dengan hambatan tertentu yang dapat diterima, maka
Proyek dapat terlaksana dalam waktu 2
bulan.
3) Waktu
pesimistik (b)
Jika waktu
kegiatan dilaksanakan terjadi hambatan lebih dari semestinya, maka Proyek dapat
terlaksana dalam waktu 3 bulan.
d. Taksiran
Waktu Penyelesaian Kegiatan
Ketiga estimasi
waktu kemudian digunakan untuk mendapatkan waktu kegiatan yang diharapkan (expected
timewaktu yang di harapkan) dengan rumus:

Maka
t= 2 bulan
Untuk menghitung
varians waktu penyelesaian kegiatan, maka dihitung dengan rumus:

PERT menggunakan
varians kegiatan jalur kritis untuk membantu menentukan varians proyek
keseluruhan. Varians proyek dihitung dengan menjumlahkan varians kegiatan
kritis :

e.
Penjadwalan proyek
Untuk
menentukan jadwal proyek, harus dihitung dua waktu awal dan akhir untuk setiap
kegiatan. Adapun dua waktu awal dan dua waktu akhir yaitu:
1)
Earliest Start (ES) : early start atau mulai terdahulu adalah
waktu paling awal dimana suatu kegiatan sudah dapat dimulai, dengan asumsi
semua kegiatan pendahulu atau semua kegiatan yang mengawalinya sudah selesai
dikerjakan.
2)
Earliest Finish (EF) : early finish atau selesai terdahulu adalah
waktu paling awal suatu kegiatan dapat selesai.
3)
Latest Start (LS) : latest start atau mulai terakhir adalah waktu
terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian
keseluruhan proyek. Latest start menunjukkan waktu toleransi terakhir
dimana suatu kegiatan harus mulai dilakukan.
4)
Latest Finish (LF) : Latest Finish atau selesai terakhir adalah
waktu toleransi terakhir suatu kegiatan harus dapat selesai sehingga tidak
menunda waktu penyelesaian kegiatan berikutnya dan keseluruhanproyek.
Dalam menentukan jadwal proyek dapat menggunakan
proses two-pass yang terdiri dari forward pass dan backward
pass. ES dan EF ditentukan selama forward pass, sedangkan LS
dan LF ditentukan selama backward pass.
1)
Forward Pass
Forward pass
digunakan untuk mengidentifikasi waktu-waktu terdahulu. Sebelum suatu kegiatan
dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu
kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung, ES-nya sama dengan EF dari
pendahulunya. Jika suatu kegiaan mempunyai beberapa pendahulu langsung, ES-nya
adalah nilai maksimum dari semua EF pendahulunya, dengan rumusan:

Waktu selesai
terdahulu (EF) dari suatu kegiatan adalah jumlah dari waktu mulai terdahulu
(ES) dan waktu kegiatannya, dengan rumusan:

Meskipun
forward pass memungkinkan untuk menentukan waktu penyelesaian proyek terdahulu,
ia tidak mengidentifikasikan jalur kritis. Untuk mengidentifikasikan jalur
kritis, perlu dilakukan backward pass untuk menentukan nilai LS dan LF
untuk semua kegiatan.
Contoh
:

Gambar
: Contoh perhitungan ES dan EF
Penjelasan:
a. ES dari A = 0
diperoleh dari EF sebelumnya (mulai) = 0
b. EF dari A = 2
diperoleh dari ES = 0 + waktu dari A (2)
c. Apabila ada
dua jalur untuk ES, pilihlah EF yang paling maksimum.
2) Bakcward Pass
Backward
Pass digunakan untuk menentukan waktu paling akhir yang
masih dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa menunda kurun
waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari
perhitungan forward pass. Untuk setiap
kegiatan,
pertama-tama harus menentukan nilai LF-nya, diikuti dengan nilai LS. Sebelum
suatu kegiatan dapat dimulai, seluruh pendahulu langsungnya harus diselesaikan.
Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi hanya satu kegiatan, LF-nya
sama dengan LS dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya. Jika suatu
kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih dari satu kegiatan, maka LF-nya
adalah nilai minimum dari seluruh nilai LS dari kegiatan-kegiatan yang yang
secara langsung mengikutinya, dengan rumusan:

Waktu mulai
terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedaan antara waktu selesai
terakhir (LF) dan waktu kegiatannya, dengan rumusan:

Contoh :

Gambar
: Contoh perhitungan LS dan LF
Penjelasan :
1. LS dan LF
dari F diperoleh dari ES = 11 dan EF=17 (contoh dari forward pass)
2. LF dari E =
11 diperoleh dari LS sebelumnya (F) = 11
3. LS dari E = 8
diperoleh dari LF = 11 – waktu dari E (3)
4. Apabila ada
dua jalur untuk LF, yang dipilih adalah LS yang paling minimum.
f.
Jalur Kritis
Waktu penyelesaian rangkaian kegiatan-kegiatan di
dalam sebuah proyek akan memberikan gambaran mengenai waktu penyelesaian proyek
itu. Namun, karena sebuah proyek terdiri atas rangkaian kegiatan-kegiatan yang
saling berhubungan, maka penentuan waktu penyelesaian sebuah proyek ditentukan
oleh jalur kritis (critical path), yaitu jalur penyelesaian rangkaian
kegiatan terpanjang. Waktu penyelesaian jalur ini akan menandai waktu
penyelesaian proyek. Oleh karena itu, istilah jalur kritis juga mengisyaratkan
bahwa perubahan waktu penyelesaian kegiatan-kegiatan pada jalur kritis akan
mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Pada network proyek, dapat
ditemukan float/slack yaitu sisa waktu atau waktu mundur
aktivitas, sama dengan LS-ES atau LF-EF. Float/slack memberikan sejumlah
kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah jaringan kerja. Slack time akan
selalu muncul pada rangkaian kegiatan yang bukan merupakan jalur kritis, dan
tidak akan pernah muncul pada jalur kritis.
Slack time menjadi
perhatian manajemen karena slack time akan menjadi sumber daya yang bisa
digunakan dan sumber penghematan yang mungkin dilakukan oleh manajemen. Ini
dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek, atau digunakan pada
waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Slack
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1)
Total float/slack (S)
Jumlah
waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa
mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan.
2)
Free float/slack (SF)
Jumlah
waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi
saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat
terjadinya event lain pada network.\
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam manajemen proyek, penentuan waktu penyelesaian kegiatan merupakan
salah satu kegiatan awal yang sangat penting karena penentuan waktu tersebut
akan menjadi dasar bagi penyusunan jadwal, anggaran, kebutuhan sumber daya
manusia, dan sumber organisasi lainnya, serta dasar bagi proses. Oleh karena
itu, penentuan waktu yang tidak akurat akan dapat mengganggu proses manajemen
selanjutnya. Metode PERT digunakan dalam penelitian ini karena PERT memegang
peranan yang sangat penting bukan hanya dalam hal peningkatan akurasi penentuan
waktu kegiatan, tetapi juga dalam hal pengkoordinasian dan pengendalian
kegiatan-kegiatan. Digunakan asumsi bahwa waktu penyelesaian kegiatan bervariasi
dan bergantung pada banyak faktor.PERT mengatasi masalah variabilitas waktu
aktivitas saat melakukan penjadwalan proyek.PERT bukan hanya berguna untuk
proyek-proyek raksasa yang
memerlukan
waktu tahunan dan ribuan pekerja, tetapi juga digunakan untuk memperbaiki
efisiensi pengerjaan proyek-proyek segala ukuran. Pada PERT, penekanan
diarahkan kepada usaha mendapatkan kurun waktu yang paling baik (ke arah yang
lebih akurat).
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar