Kamis, 15 Mei 2014

materi manejemen proyek waktu ( pert )

DAFTAR ISI

Daftar Isi i

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
1.2.    Program Evaluation and Review Technique (PERT)
1.2.1  Tujuan
1.2.2   Manfaat

BAB II TEORI DASAR
2.1 PERT (Program Evaluation and Review Technique)
2.1.1 Pengertian PERT
2.1.2 Karakteristik
2.1.3 Kelebihan dan kekurangan metode PERT
2.1.4 Metodologi dan Komponen-komponen PERT
2.1.4.1 Metodologi PERT
2.1.4.2 Komponen-komponen dalam Pembuatan PERT

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan


LAMPIRAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Proyek adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya yang tersedia dan bertujuan untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Penjadwalan proyek adalah rencana pengurutan kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sasaran khusus dengan saat penyelesaian yang jelas.
 Pengelolaan  proyek-proyek berskala besar yang berhasil memerlukan perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian yang hati-hati dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan. Untuk itu kemudian dikembangkan prosedur-prosedur formal yang didasarkan atas penggunaan jaringan kerja (network) dan teknik-teknik network.Analisa jaringan kerja merupakan suatu perpaduan pemikiran yang logis, digambarkan dengan suatu jaringan yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan memungkinkan pengolahan secara analitis. Analisa jaringan kerja memungkinkan suatu perencanaan yang efektif dari suatu rangkaian yang mempunyai
interaktivitas. Metode manajemen banyak bermanfaat terutama dalam hal perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan pembangunan proyek, bermanfaat dalam pengambilan keputusan (decision making) serta kegiatan-kegiatan operasional lainnya. Penerapan metode manajemen disegala bidang kegiatan pada kenyataannya prosedurnya tidaklah begitu kompleks, hal mana dapat dianalisa secara sistematis dan sederhana dengan menggunakan analisa jaringan kerja. Analisa jaringan kerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk semua aspek jaringan kerja dalam perencanaan dan pengawasan proyek, serta penggunaan waktu secara efektif dan efisien sangat diperlukan. Sehingga dalam pengerjaan sebuah proyek, tak jarang dilaksanakan dengan mempercepat waktu pengerjaan dengan mengalokasikan sejumlah biaya tambahan. Ada dua teknik utama yang berkaitan dengan proyek perencanaan yang digunakan saat ini: Metode Jalur Kritis (CPM) dan Evaluasi Proyek dan Ulasan Teknik (PERT).
Setiap aktivitas dalam proyek, pada dasarnya dituntut agar mampu menggunakan waktu secara efektif dan efisien dengan hasil yang berkualitas. Untuk itu digunakan analisis dengan metode PERT (Program Evaluation and Review Technique). PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada di dalam suatu proyek.


1.2. Program Evaluation and Review Technique (PERT)
        Bekerja terpisah namun serupa juga sedang dilakukan pada pertengahan tahun 1950-an oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Pemerintah AS ditemukan Rusia sedang mengembangkan teknologi rudal mereka sendiri, dan karena keamanan nasional yang dipertaruhkan Angkatan Laut segera meluncurkan program mereka sendiri untuk menutup kesenjangan rudal. Proyek ini sangat besar, dan jadi penting untuk Angkatan Laut untuk melakukan penelitian tentang perencanaan dan pengendalian rumit proyek. Penelitian ini disebut sebagai Evaluasi Program Penelitian Tugas (kode-nama PERT). Pada bulan Februari tahun 1958, Dr C.E. Clark, dari tim PERT, memperkenalkan Diagram panah pertama. PERT, kemudian disebut sebagaiEvaluasi Program dan Ulasan Teknik, diaplikasikan pada Program Rudal Balistik 3 Armada akhir tahun itu. Dengan lebih dari 3.000 kontraktor, vendor, dan lainnya tim yang terlibat, itu penting strategis untuk menyelesaikan proyek dengan cepat dan efisien. PERT membuktikan nilainya, dan diberikan kredit untuk mengambil dua tahun dari perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan rudal Polaris, dan masih standar untuk semua proyek Angkatan Laut saat ini.
PERT dikembangkan oleh perusahaan konsultan Booz-Allen and Hamilton pada tahun 1958-1959 ketika mereka diminta oleh Lockheed Aircraft Corporation untuk menyusun model perencanaan dan pengendalian proyek Polaris Weapon System, yaitu proyek khusus dari US Navy. Kehandalan model PERT sebagai alat bantu dalam perencanaan dan pengendalian operasi diuji pada proyek tersebut, dan ternyata sukses luar biasa. PERT, dalam proyek Polaris, berhasil
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang melibatkan 250 kontraktor utama, lebih dari 9000 subkontraktor, sejumlah agen, dan ribuan individu sehingga proyek tersebut bisa diselesaikan enam belas bulan lebih cepat dari taksiran semula. Sebagai dampak dari keberhasilan itu, pemerintah Amerika kemudian menerapkan PERT pada proyek-proyek berikutnya seperti proyek angkatan udara, yaitu: Minuteman, Skybolt, dan Dyna-Soar serta proyek angkatan laut yang lain yaituNike-Zeus. Sejak saat itu, PERT menyebar dengan pesat pada industri pertahanan dan ruang angkasa. Kehandalan PERT sebagai alat perencanaan yang efektif tercermin pula pada keputusan pemerintah Amerika (1962) yang menghendaki penggunaan PERT pada kontrak-kontrak pembangunan dan proyek-proyek penelitian yang disponsori oleh pemerintah. Siswanto (2007).

1.2.1 Tujuan
Tujuan dari PERT secara umum adalah untuk menentukan waktu terpendek yang diperlukan untuk merampungkan proyek atau menentukan jalur kritis (Critical Path), yaitu jalur dalam jaringan yang membutuhkan waktu penyelesaian paling lama.
Adapun tujuan PERT secara khusus/rinci yaitu:
1. Mengurangi penundaan pekerjaan
2. Mengurangi gangguan
3. Mengurangi konflik produksi

1.2.2 Manfaat
Manfaat PERT adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.
2. Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
3. Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik untuk   kelancaran proyek.
4. Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.
5. Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.









BAB II
TEORI DASAR


2.1 PERT (Program Evaluation and Review Technique)

2.1.1 Pengertian PERT
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada didalam suatu proyek (febrianto,2011). PERT merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review
Technique (teknik menilai dan meninjau kembali program), teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek (Upadi,2011). T. Hari Handoko (1993 hal. : 401) mengemukakan bahwa, PERT adalah suatu metode analisis yang dirancang untuk membantu dalam penjadwalan dan pengendalian proyek-proyek yang kompleks, yang menuntut bahwa masalah utama yang dibahas yaitu masalah teknik untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya sehingga dapat diselesaikan secara tepat waktu dan biaya. Menurut Saleh Mubarak dalam bukunya yang berjudul Construction Project Scheduling and Control-2nd ed: “PERT is an event-oriented network analysis technique used to estimate project duration when individual activity duration estimates are highly uncertain.” PERT adalah suatu kondisi yang berorientasi analisis jaringan teknik yang digunakan untuk memperkirakan durasi proyek ketika memperkirakan durasi kegiatan individu yang sangat tidak pasti.









2.1.2 Karakteristik

1. Karakteristik PERT dari langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat
suatu karakteristik dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis dengan diketahuinya jalur kritis ini maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat diminimalisasi.

2. Karakteristik Proyek
a. Kegiatannya dibatasi oleh waktu; sifatnya sementara, diketahui kapan mulai dan berakhirnya.
b. Dibatasi oleh biaya.
c. Dibatasi oleh kualitas.
d. Biasanya tidak berulang-ulang.

2.1.3 Kelebihan dan kekurangan metode PERT
1. Kelebihan pada metode PERT
a. Berguna pada tingkat manajemen proyek.
b. Secara matematis tidak terlalu rumit.
c. Menampilkan secara grafis menggunakan jaringan untuk menunjukkan hubungan antar kegiatan.
d. Dapat ditunjukkan jalur kritis, jalur yang tidak ada slack nya atau halangan.
e. Dapat memantau kemajuan proyek.
f. Dapat diketahui waktu seluruh proyek akan diselesaikan.
g. Mengetahui apa saja kegiatan kritis yaitu kegiatan yang akan menunda proyek jika terlambat dikerjakan.
h. Apa kegiatan non-kritis : kegiatan yang boleh dikerjakan terlambat.
i. Mengetahui probalilitas proyek selesai pada waktu tertentu.
j. Mengetahui jumlah uang yang dibelanjakan sesuai rencana sesuai dengan proyek tersebut.
k. Efisiensi jumlah sumberdaya yang ada dapat menyelesaikan proyek tepat waktu.

2. Kekurangan pada metode PERT
a. Kegiatan proyek harus didefinisikan dengan jelas.
b. Hubungan antar kegiatan harus ditunjukkan dan dikaitkan.
c. Perkiraan waktu cenderung subyektif oleh perancang PERT.
d. Terlalu focus pada jalur kritis, jalur yang terlama dan tanpa hambatan.

2.1.4 Metodologi dan Komponen-komponen PERT
2.1.4.1 Metodologi PERT
PERT merupakan metode yang digunakan dalam analisis network. Analisis network bertujuan untuk membantu dalam penjadwalan dan pengawasan kompleks yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan semua kegiatan itu dapat dilakukan secara sistematis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja. Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari garis menunjukan suatu urutan pekerjaan. Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek, yaitu:
a. Kegiatan pada titik (activity on node – AON)
    Pada AON, titik menunjukkan kegiatan.
Gambar :  Hubungan peristiwa dan kegiatan pada AON

b. Kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA)
    Pada AOA, panah menunjukkan aktivitas.
Gambar : Hubungan peristiwa dan kegiatan pada AOA
AOA kadang-kadang memerlukan tambahan kegiatan dummy untuk memperjelas hubungan. Kegiatan dummy adalah kegiatan yang sebenarnya tidak nyata, sehingga tidak membutuhkan waktu dan sumberdaya. Dummy digambarkan dengan garis putus-putus dan diperlukan bila terdapat lebih dari satu kegiatan yang mulai dan selesai pada event yang sama. Kegunaan dari kegiatan dummy (semu) yaitu:
a. Untuk menunjukkan urutan pekerjaan yang lebih tepat bila suatu kegiatan tidak secara langsung tergantung pada suatu kegiatan lain.
b. Untuk menghindari network dimulai dan diakhiri oleh lebih dari satu peristiwa dan menghindari dua kejadian dihubungkan oleh lebih dari satu kegiatan.
Contoh :
Gambar :  Contoh kegiatan dummy

Keterangan:
Kegiatan A dan B harus sudah selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai. Sedangkan D dapat dimulai segera setelah B selesai dan tidak bergantung dengan A.
2.1.4.2 Komponen-komponen dalam pembuatan PERT
Komponen-komponen dalam pembuatan PERT adalah :
a. Kegiatan (activity)
Suatu pekerjaan/tugas dimana penyelesaiannya memerlukan periode waktu, biaya, serta fasilitas tertentu. Kegiatan ini diberi simbol tanda panah.
b. Peristiwa (event)
Menandai permulaan dan akhir suatu kegiatan. Peristiwa diberi symbol lingkaran (nodes) dan nomor, dimana nomor dimulai dari nomor kecil bagi peristiwa yang mendahuluinya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan network PERT:
1) Sebelum suatu kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahului harus sudah selesai dikerjakan.
2) Anak panah menunjukkan urutan dalam mengerjakan pekerjaan.
3) Nodes diberi nomor supaya tidak terjadi penomoran nodes yang sama.
4) Dua buah peristiwa hanya bisa dihubungkan oleh satu kegiatan (anak panah).
5) Network hanya dimulai dari suatu kejadian awal yang sebelumnya tidak ada pekerjaan yang mendahului dan network diakhiri oleh satu kejadian saja.

Berikut adalah penjelasan network PERT melalui contoh gambar.
1). Sebuah kegiatan (activity) merupakan proses penyeleaian suatu pekerjaan selama waktu tertentu dan selalu diawali oleh node awal dan diakhiri oleh node akhir yaitu saat tertentu atau event yang menandai awal dan akhir suatu kegiatan.


2) Kegiatan B baru bisa dimulai dikerjakan setelah kegiatan A selesai.

3) Kegiatan C baru bisa mulai dikerjakan setelah kegiatan A dan B selesai.

c. Waktu Kegiatan (activity time)
Activity time adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dan berapa lama waktu penyelesaiannya. Ada 3 estimasi waktu yang digunakan dalam penyelesaian suatu kegiatan:
1) Waktu optimistik (a)
Waktu kegiatan yang dilaksanakan berjalan baik tidak ada hambatan.
2) Waktu realistik (m)
Waktu kegiatan yang dilaksanakan dalam kondisi normal dengan  hambatan tertentu yang dapat diterima.
3) Waktu pesimistik (b)
Waktu kegiatan dilaksanakan terjadi hambatan lebih dari semestinya.
d. Taksiran Waktu Penyelesaian Kegiatan
Ketiga estimasi waktu kemudian digunakan untuk mendapatkan waktu kegiatan yang diharapkan (expected time) dengan rumus:
Untuk menghitung varians waktu penyelesaian kegiatan, maka dihitung dengan rumus:
PERT menggunakan varians kegiatan jalur kritis untuk membantu menentukan varians proyek keseluruhan. Varians proyek dihitung dengan menjumlahkan varians kegiatan kritis :
e. Penjadwalan proyek
Untuk menentukan jadwal proyek, harus dihitung dua waktu awal dan akhir untuk setiap kegiatan. Adapun dua waktu awal dan dua waktu akhir yaitu:
1) Earliest Start (ES) : early start atau mulai terdahulu adalah waktu paling awal dimana suatu kegiatan sudah dapat dimulai, dengan asumsi semua kegiatan pendahulu atau semua kegiatan yang mengawalinya sudah selesai dikerjakan.
2) Earliest Finish (EF) : early finish atau selesai terdahulu adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat selesai.
3) Latest Start (LS) : latest start atau mulai terakhir adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. Latest start menunjukkan waktu toleransi terakhir dimana suatu kegiatan harus mulai dilakukan.
4) Latest Finish (LF) : Latest Finish atau selesai terakhir adalah waktu toleransi terakhir suatu kegiatan harus dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian kegiatan berikutnya dan keseluruhanproyek.

Dalam menentukan jadwal proyek dapat menggunakan proses two-pass yang terdiri dari forward pass dan backward pass. ES dan EF ditentukan selama forward pass, sedangkan LS dan LF ditentukan selama backward pass.
1) Forward Pass
Forward pass digunakan untuk mengidentifikasi waktu-waktu terdahulu. Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung, ES-nya sama dengan EF dari pendahulunya. Jika suatu kegiaan mempunyai beberapa pendahulu langsung, ES-nya adalah nilai maksimum dari semua EF pendahulunya, dengan rumusan:
Waktu selesai terdahulu (EF) dari suatu kegiatan adalah jumlah dari waktu mulai terdahulu (ES) dan waktu kegiatannya, dengan rumusan:
Meskipun forward pass memungkinkan untuk menentukan waktu penyelesaian proyek terdahulu, ia tidak mengidentifikasikan jalur kritis. Untuk mengidentifikasikan jalur kritis, perlu dilakukan backward pass untuk menentukan nilai LS dan LF untuk semua kegiatan.
Contoh :
Gambar : Contoh perhitungan ES dan EF
Penjelasan:
a. ES dari A = 0 diperoleh dari EF sebelumnya (mulai) = 0
b. EF dari A = 2 diperoleh dari ES = 0 + waktu dari A (2)
c. Apabila ada dua jalur untuk ES, pilihlah EF yang paling maksimum.
2) Bakcward Pass
Backward Pass digunakan untuk menentukan waktu paling akhir yang masih dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari perhitungan forward pass. Untuk setiap
kegiatan, pertama-tama harus menentukan nilai LF-nya, diikuti dengan nilai LS. Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, seluruh pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi hanya satu kegiatan, LF-nya sama dengan LS dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih dari satu kegiatan, maka LF-nya adalah nilai minimum dari seluruh nilai LS dari kegiatan-kegiatan yang yang secara langsung mengikutinya, dengan rumusan:
Waktu mulai terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedaan antara waktu selesai terakhir (LF) dan waktu kegiatannya, dengan rumusan:
Contoh  :
Gambar : Contoh perhitungan LS dan LF

Penjelasan :
1. LS dan LF dari F diperoleh dari ES = 11 dan EF=17 (contoh dari forward pass)
2. LF dari E = 11 diperoleh dari LS sebelumnya (F) = 11
3. LS dari E = 8 diperoleh dari LF = 11 – waktu dari E (3)
4. Apabila ada dua jalur untuk LF, yang dipilih adalah LS yang paling minimum.

f. Jalur Kritis
Waktu penyelesaian rangkaian kegiatan-kegiatan di dalam sebuah proyek akan memberikan gambaran mengenai waktu penyelesaian proyek itu. Namun, karena sebuah proyek terdiri atas rangkaian kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, maka penentuan waktu penyelesaian sebuah proyek ditentukan oleh jalur kritis (critical path), yaitu jalur penyelesaian rangkaian kegiatan terpanjang. Waktu penyelesaian jalur ini akan menandai waktu penyelesaian proyek. Oleh karena itu, istilah jalur kritis juga mengisyaratkan bahwa perubahan waktu penyelesaian kegiatan-kegiatan pada jalur kritis akan mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Pada network proyek, dapat ditemukan float/slack yaitu sisa waktu atau waktu mundur aktivitas, sama dengan LS-ES atau LF-EF. Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah jaringan kerja. Slack time akan selalu muncul pada rangkaian kegiatan yang bukan merupakan jalur kritis, dan tidak akan pernah muncul pada jalur kritis.
Slack time menjadi perhatian manajemen karena slack time akan menjadi sumber daya yang bisa digunakan dan sumber penghematan yang mungkin dilakukan oleh manajemen. Ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek, atau digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Slack terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Total float/slack (S)
Jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan.
2) Free float/slack (SF)
Jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat terjadinya event lain pada network.


PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU PROYEK ( PERT) PADA PROYEK JARINGAN GARDU DISTRIBUSI GEDUNG PCC (PRIVATE CENTRE CARE) DOKTER SUDIROHUSODO


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan proyek 
1.       PERINCIAN KEGIATAN UNTUK PEMASANGAN  JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
NO
Kegiatan
VOLUME
SATUAN
PERISTIWA
I
Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah


1

1.Pemancangan Tiang beton 11 m, 250 daN
61
Batang
1.1

2.Pemasangan Kawat 3x125 mm2 AAAC
7560
Meter
1.2

3. Pemasangan Single Arm Post Insulator Assembly Steel Pole/ Tumpu Tunggal 20 KV
45
set
1.3

    - pemasangan Pin Post Insulator 20 Kv
135
Buah
1.3.1

    - pemasangan Bare Binding Wire 20 mm2
135
Meter
1.3.2

    - pemasangan Travers Tumpu TM 3 Pole UNP 10
45
Batang
1.3.3

-                     Pemasangan  Tupang Travers LNP 50x50x5x700 mm2
90
Batang
1.3.4

    - Pemasangan Tanda bahaya pada tiang
45
Buah
1.3.5

    - Pemasangan Stainless steel strip
45
Meter
1.3.6

    - Pemasangan Stopping buckle
45
Buah
1.3.7

4.Pemasangan Double Arm Post Insulator Assembly Steel Pole/ Tumpu Ganda 20 KV
8
set
1.4

    - Pemasangan Pin Post Insulator 20 kv
48
Buah
1.4.1

    - Pemasangan Bare Binding Wire 20 mm2
48
Meter
1.4.2

-          Pemasangan  Travers Tumpu TM 3 Pole UNP 10
16
Batang
1.4.3

    - Pemasangan Double Arming Bolt 5/8 x 350 mm
32
Batang
1.4.4

    - Pemasangan Tupang Travers LNP 50x50x5x700 mm2
16
Buah
1.4.5

    - Pemasangan Tanda bahaya pada tiang
8
Buah
1.4.6

    - Pemasangan Stainless steel strip
8
Meter
1.4.7

    - Pemasangan Stopping buckle
8
Buah
1.4.8

5.Pemasangan Double Arm Termination Assembly / akhir jaringan JTM/ Aspan Tunggal 20 KV
3
set
1.5

    - Pemasangan Isolator Tarik 20 kV
9
Set
1.5.1

    - Pemasangan  joint sleeve for AAAC
9
Buah
1.5.2

    - Pemasangan Travers Aspan TM 3 Pole UNP 10
6
Buah
1.5.3

    - Pemasangan Double Arming Bolt M16 x 300 mm
6
Buah
1.5.4

    - Pemasangan Tupang Travers LNP 50x50x5x700 mm2
2
Buah
1.5.5

    - Pemasangan Tanda bahaya pada tiang
2
Buah
1.5.6

    - Pemasangan Stainless steel strip
3
Meter
1.5.7

    - Pemasangan Stopping buckle
3
Buah
1.5.8


6.Pemasangan Section Pole Assembly / Aspan Ganda 20 KV

4

Set
1.6

    - Pemasangan Isolator Tarik 20 kv
24
Set
1.6.1

    - Pemasangan joint sleeve for AAAC
24
Buah
1.6.2

    - Pemasangan Travers Aspan TM 3 Pole UNP 10
8
Buah
1.6.3

    - Pemasangan Double Arming Bolt 5/8 x 350 mm
16
Buah
1.6.4

    - Pemasangan Tanda bahaya pada tiang
4
Buah
1.6.5

    - Pemasangan Stainless steel strip
4
Meter
1.6.6

    - Pemasangan Stopping buckle
4
Buah
1.6.7

7.Pemasangan Right Angle Termination Assembly/aspan tunggal + aspan tunggal 20 KV ( A’+A’)
1
set
1.7

    - Pemasangan Isolator Tarik 20 kV
6
Set
1.7.1

    - Pemasangan Bare binding wire 20 mm2
2
Meter
1.7.1

    - Pemasangan Joint sleeve for AAAC
3
Buah
1.7.2

    - Pemasangan Travers Aspan TM 3 Pole UNP 00
4
Buah
1.7.3

    - Pemasangan Double Arming Bolt 5/8 x 350 mm
8
Buah
1.7.4

    - Pemasangan Tanda bahaya pada tiang
1
Buah
1.7.5

    - Pemasangan Stainless steel strip
1
Meter
1.7.6

    - Pemasangan Stopping buckle
1
Buah
1.7.7

8.Pemasangan Tupang Tarik
9
Set
1.8

    - Pemasangan Strain Insulator for guy 12 kV
9
Buah
1.8.1

    - Pemasangan Double Bougle
9
Buah
1.8.2

    - Pemasangan Plat Beton 40 x 40 x 15 cm
9
Buah
1.8.3

    - Pemasangan Angker rod + klem penyambung
9
Buah
1.8.4

    - Pemasangan U Klem
72
Buah
1.8.5

    - Pemasangan Kaos baja
18
Buah
1.8.6

    - Pemasangan Steel wire 70 mm2
135
Meter
1.8.7

9.Pemasangan Tupang Tekan
5
Set
1.9

    - Pemancangan Tiang beton 11 m, 200 daN
5
Batang
1.9.1

    - Pemasangan Sangga Tupang Tekan
5
Batang
1.9.2

    - Pemasangan Double Beugle
10
Buah
1.9.3

    - Pemasangan Beugle
5
Buah
1.9.4

    - Pemasangan Plat beton 40 x 40 x 15 cm
5
Buah
1.9.5

10.Pemancangan Tupang tarik dengan tiang bantu
4
Set
1.10

    - Pemancangan Tiang beton 11 m, 200 daN
4
Batang
1.10.1

    - Pemasangan Strain Insulator for guy 12 kV
4
Buah
1.10.2

    - Pemasangan Double Beugle
12
Buah
1.10.3

    - Pemasangan Spanscroef 5/8”
4
Buah
1.10.4

    - Pemasangan Plat Beton 40 x 40 x 15 cm
4
Buah
1.10.5

    - Pemasangan Angker rod + klem penyambung
4
Buah
1.10.6

    - Pemasangan U Klem
64
Buah
1.10.7

    - Pemasangan Kaos baja
16
Buah
1.10.8

    - Pemasangan Steel wire 70 mm2
140
Meter
1.10.9









2.       PERINCIAN PEMASANGAN MATERIAL UNTUK JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR)
NO
KEGIATAN
JUMLAH
SATUAN
PERISTIWA
II
Kontruksi Jaringan Tegangan Rendah


2

1.  Pemancangan Tiang Beton
89
Batang
2.1

2.  Pemasangan Kabelx 3 x 35 + 1 x 25 mm2 LPTC
4322,8
Meter
2.2

3. Pemasangan Suspension Assembly Small Angle / konstruksi lurus
63
Set
2.3

    - Pemasangan Pole Bracket
63
Buah
2.3.1

    - Pemasangan Suspension Clamp
63
Buah
2.3.2

    - Pemasangan Clain Link
63
Buah
2.3.3

    - Pemasangan Strip
126
Buah
2.3.4

    - Pemasangan Stopping Buckle
126
Buah
2.3.5

    - Pemasangan Strap
126
Buah
2.3.6

    - Pemasangan Through Bolt
63
Buah
2.3.7






4. Pemasangan Section Pole Assembly Large Angle (LA) / konstruksi pada jaringan sudut
4
Set
2.4

    - Pemasangan Pole Bracket
4
Buah
2.4.1

    - Pemasangan Suspension Clamp
8
Buah
2.4.2

    - Pemasangan Removabe Ring
8
Buah
2.4.3

    - Pemasangan Strap
8
Buah
2.4.3

    - Pemasangan Stopping Buckle
8
Buah
2.4.4

    - Pemasangan Strip
8
Buah
2.4.5

    - Pemasangan Through Bolt
8
Buah
2.4.6

    - Pemasangan Wedge
8
Buah
2.4.7




2.4.8

5. Pemasangan Dead End Assembly (DA) / konstruksi pada ujung jaringan
38
Set
2.5

    - Pemasangan Pole Bracket
38
Buah
2.5.1

    - Pemasangan Strain Clamp
38
Buah
2.5.2

    - Pemasangan Removabe Ring
38
Buah
2.5.3

    - Pemasangan Wedge
38
Buah
2.5.4

    - Pemasangan Strap
152
Buah
2.5.5

    - Pemasangan Stopping Buckle
152
Buah
2.5.6

    - Pemasangan Strip
76
Buah
2.5.7

    - Pemasangan Pipa PVC
76
Batang
2.5.8






6. Pemasangan Tupang Tarik
18
Set
2.6

    - Pemasangan Strain Insulator for guy 12 kV
18
Buah
2.6.1

    - Pemasangan Double Bougle
18
Buah
2.6.2

    - Pemasangan Spanscroef 5/8”
18
Buah
2.6.3

    - Pemasangan Plat Beton 40 x 40 x 15 cm
18
Buah
2.6.4

    - Pemasangan Angker rod + klem penyambung
18
Buah
2.6.5

    - Pemasangan U Klem
144
Buah
2.6.6

    - Pemasangan Kaos baja
36
Buah
2.6.7

    - Pemasangan Steel wire 70 mm2
270
Meter
2.6.8

7. Pemasangan Tupang Tekan
1
Set
2.7

    - Pemasangan Tiang beton 11 m, 200 daN
1
Batang
2.7.1

    - Pemasangan Sangga Tupang Tekan
1
Batang
2.7.2

    - Pemasangan Double Beugle
2
Buah
2.7.3

    - Pemasangan Beugle
1
Buah
2.7.4

    - Pemasangan Plat beton 40 x 40 x 15 cm
1
Buah
2.7.5

8. Pemasangan Tupang tarik dengan tiang bantu
1
Set
2.8

    - Pemasangan Tiang beton 11 m, 200 daN
1
Batang
2.8.1

    - Pemasangan Strain Insulator for guy 12 kV
1
Buah
2.8.2

    - Pemasangan Double Beugle
3
Buah
2.8.3

    - Pemasangan Spanscroef 5/8”
1
Buah
2.8.4

    - Pemasangan Plat Beton 40 x 40 x 15 cm
1
Buah
2.8.5

    - Pemasangan Angker rod + klem penyambung
1
Buah
2.8.6

    - Pemasangan U Klem
16
Buah
2.8.7

    - Pemasangan Kaos baja
4
Buah
2.8.8

    - Pemasangan Steel wire 70 mm2
35
Meter
2.8.9

9. Pemasangan Pentanahan Ujung JTR
21
Set
2.9











3.       RINCIAN PEMASANGAN GARDU DISTRIBUSI

NO
KEGIATAN
JUMLAH
SATUAN
PERISTIWA
III
Pemasangan Gardu Distribusi
2
Set
3

1.  Pemasangan Kabel dari trafo menuju lemari NYY 4x50 mm2
18
Meter
3.1

2.  Pemasangan Kabel dari lemari menuju jaringan NYY 4x30 mm2
24
Meter
3.2

3.  Pemasangan Konstruksi dudukan trafo
2
Set
3.3

4. Pemasangan Arrester
6
Buah
3.4

5. Pemasangan Fuse Cut Out
6
Buah
3.5

6. Pemasangan Trafo Distribusi 100 KV
2
Set
3.6

7. Pemasangan Pipa galvanis 3”(pelindung naik turun kabel)  6 meter
6
Set
3.7

8. Pemasangan Konstruksi dudukan lemari
2
Set
3.8

9. Pemasangan Sistem pembumian
6
Set
3.9

10. Pemasangan Pipa galvanis 1” 3 m ( ystem pembumian)
6
Batang
3.10

11. Pemasangan Double Beugel
12
Batang
3.11

12. Pemasangan Elektroda Pembumian
4
Buah
3.12










4.       RINCIAN PEMASANGAN TRAFO DISTRIBUSI
NO
KEGIATAN
JUMLAH
SATUAN
PERISTIWA
IV
Pemasangan Trafo Distribusi
2
Set
4

1.  Pemasangan Dudukan Arrester
2
Set
4.1

2.  Pemasangan Dudukan Trafo
2
Set
4.2

3.  Pemasangan Dudukan Panel Bagi TR
2
Set
4.3

4. Pemasangan Pipa galvanis 3” x 500 mm (pelindung naik turun kabel)
6
Batang
4.4

5. Pemasangan Pipa galvanis 1” x 300 mm ( Sistem pembumian)
4
Batang
4.5

6. Pemasangan Sistem Pembumian
4
Set
4.6

7. Pemasangan Fuse Cut Out
6
Set
4.7

8. Pemasangan Arrester
6
Buah
4.8

9. Pemasangan Trafo Distribusi 20.000/400V; 3 Φ; f=50Hz; 100 KVA
4
Buah
4.9

10. Pemasangan Rak Bagi TR
2
Set
4.10

11. Pemasangan Kabel NYY (dari Trafo menuju Rak Bagi TR) 4 x 50 mm
18
Meter
4.11

12. Pemasangan Kabel NYY (dari Rak Bagi TR menuju Jaringan) 4 x 50 mm
24
Meter
4.12






5.       RINCIAN Penyambungan/ mengkoneksikan jaringan Gardu  distribusi

NO
KEGIATAN
JUMLAH
SATUAN
PERISTIWA
V
Penyambungan/ mengkoneksikan jaringan Gardu  distribusi


5

1.Penyambungan JTM ke Gardu Distribusi


5.1

2.Penyambungan Gardu Distribusi ke Trafo Distribusi


5.2

3.Penyambungan  Trafo Distribusi ke JTR


5.3












Metodologi dan Komponen-komponen PERT
3.1.1        Metodologi Urutan Kegiatan PERT
1.      Perencanaan network PERT

Gambar :   kegiatan Node Awal Sampai Akhir




2.      Rincian Perencanaan network PERT


 








Gambar :   kegiatan dummy

Keterangan:
Kegiatan A dan B harus sudah selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai. Sedangkan D dapat dimulai segera setelah B dan A selesai.





3.      Waktu Kegiatan (activity time)
Activity time adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dan berapa lama waktu penyelesaiannya. Ada 3 estimasi waktu yang digunakan dalam penyelesaian suatu kegiatan:
1) Waktu optimistik (a)
Jika waktu kegiatan yang dilaksanakan berjalan baik dan tidak ada hambatan, maka Proyek dapat terlaksana dalam waktu 1 bulan.
2) Waktu realistik (m)
Jika waktu kegiatan yang dilaksanakan dalam kondisi normal dengan  hambatan tertentu yang dapat diterima, maka Proyek dapat terlaksana dalam waktu  2 bulan.

3) Waktu pesimistik (b)
Jika waktu kegiatan dilaksanakan terjadi hambatan lebih dari semestinya, maka Proyek dapat terlaksana dalam waktu 3 bulan.

d. Taksiran Waktu Penyelesaian Kegiatan
Ketiga estimasi waktu kemudian digunakan untuk mendapatkan waktu kegiatan yang diharapkan (expected timewaktu yang di harapkan) dengan rumus:
t=1+4.2+3/6
Maka t= 2 bulan
Untuk menghitung varians waktu penyelesaian kegiatan, maka dihitung dengan rumus:
v=3-1/6 2???
PERT menggunakan varians kegiatan jalur kritis untuk membantu menentukan varians proyek keseluruhan. Varians proyek dihitung dengan menjumlahkan varians kegiatan kritis :
e. Penjadwalan proyek
Untuk menentukan jadwal proyek, harus dihitung dua waktu awal dan akhir untuk setiap kegiatan. Adapun dua waktu awal dan dua waktu akhir yaitu:
1) Earliest Start (ES) : early start atau mulai terdahulu adalah waktu paling awal dimana suatu kegiatan sudah dapat dimulai, dengan asumsi semua kegiatan pendahulu atau semua kegiatan yang mengawalinya sudah selesai dikerjakan.
2) Earliest Finish (EF) : early finish atau selesai terdahulu adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat selesai.
3) Latest Start (LS) : latest start atau mulai terakhir adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. Latest start menunjukkan waktu toleransi terakhir dimana suatu kegiatan harus mulai dilakukan.
4) Latest Finish (LF) : Latest Finish atau selesai terakhir adalah waktu toleransi terakhir suatu kegiatan harus dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian kegiatan berikutnya dan keseluruhanproyek.

Dalam menentukan jadwal proyek dapat menggunakan proses two-pass yang terdiri dari forward pass dan backward pass. ES dan EF ditentukan selama forward pass, sedangkan LS dan LF ditentukan selama backward pass.
1) Forward Pass
Forward pass digunakan untuk mengidentifikasi waktu-waktu terdahulu. Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung, ES-nya sama dengan EF dari pendahulunya. Jika suatu kegiaan mempunyai beberapa pendahulu langsung, ES-nya adalah nilai maksimum dari semua EF pendahulunya, dengan rumusan:
Waktu selesai terdahulu (EF) dari suatu kegiatan adalah jumlah dari waktu mulai terdahulu (ES) dan waktu kegiatannya, dengan rumusan:
Meskipun forward pass memungkinkan untuk menentukan waktu penyelesaian proyek terdahulu, ia tidak mengidentifikasikan jalur kritis. Untuk mengidentifikasikan jalur kritis, perlu dilakukan backward pass untuk menentukan nilai LS dan LF untuk semua kegiatan.
Contoh :
Gambar : Contoh perhitungan ES dan EF
Penjelasan:
a. ES dari A = 0 diperoleh dari EF sebelumnya (mulai) = 0
b. EF dari A = 2 diperoleh dari ES = 0 + waktu dari A (2)
c. Apabila ada dua jalur untuk ES, pilihlah EF yang paling maksimum.
2) Bakcward Pass
Backward Pass digunakan untuk menentukan waktu paling akhir yang masih dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari perhitungan forward pass. Untuk setiap
kegiatan, pertama-tama harus menentukan nilai LF-nya, diikuti dengan nilai LS. Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, seluruh pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi hanya satu kegiatan, LF-nya sama dengan LS dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih dari satu kegiatan, maka LF-nya adalah nilai minimum dari seluruh nilai LS dari kegiatan-kegiatan yang yang secara langsung mengikutinya, dengan rumusan:
Waktu mulai terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedaan antara waktu selesai terakhir (LF) dan waktu kegiatannya, dengan rumusan:
Contoh  :
Gambar : Contoh perhitungan LS dan LF

Penjelasan :
1. LS dan LF dari F diperoleh dari ES = 11 dan EF=17 (contoh dari forward pass)
2. LF dari E = 11 diperoleh dari LS sebelumnya (F) = 11
3. LS dari E = 8 diperoleh dari LF = 11 – waktu dari E (3)
4. Apabila ada dua jalur untuk LF, yang dipilih adalah LS yang paling minimum.

f. Jalur Kritis
Waktu penyelesaian rangkaian kegiatan-kegiatan di dalam sebuah proyek akan memberikan gambaran mengenai waktu penyelesaian proyek itu. Namun, karena sebuah proyek terdiri atas rangkaian kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, maka penentuan waktu penyelesaian sebuah proyek ditentukan oleh jalur kritis (critical path), yaitu jalur penyelesaian rangkaian kegiatan terpanjang. Waktu penyelesaian jalur ini akan menandai waktu penyelesaian proyek. Oleh karena itu, istilah jalur kritis juga mengisyaratkan bahwa perubahan waktu penyelesaian kegiatan-kegiatan pada jalur kritis akan mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Pada network proyek, dapat ditemukan float/slack yaitu sisa waktu atau waktu mundur aktivitas, sama dengan LS-ES atau LF-EF. Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah jaringan kerja. Slack time akan selalu muncul pada rangkaian kegiatan yang bukan merupakan jalur kritis, dan tidak akan pernah muncul pada jalur kritis.
Slack time menjadi perhatian manajemen karena slack time akan menjadi sumber daya yang bisa digunakan dan sumber penghematan yang mungkin dilakukan oleh manajemen. Ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek, atau digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Slack terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Total float/slack (S)
Jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan.
2) Free float/slack (SF)
Jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat terjadinya event lain pada network.\






















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam manajemen proyek, penentuan waktu penyelesaian kegiatan merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi penyusunan jadwal, anggaran, kebutuhan sumber daya manusia, dan sumber organisasi lainnya, serta dasar bagi proses. Oleh karena itu, penentuan waktu yang tidak akurat akan dapat mengganggu proses manajemen selanjutnya. Metode PERT digunakan dalam penelitian ini karena PERT memegang peranan yang sangat penting bukan hanya dalam hal peningkatan akurasi penentuan waktu kegiatan, tetapi juga dalam hal pengkoordinasian dan pengendalian kegiatan-kegiatan. Digunakan asumsi bahwa waktu penyelesaian kegiatan bervariasi dan bergantung pada banyak faktor.PERT mengatasi masalah variabilitas waktu aktivitas saat melakukan penjadwalan proyek.PERT bukan hanya berguna untuk proyek-proyek raksasa yang
memerlukan waktu tahunan dan ribuan pekerja, tetapi juga digunakan untuk memperbaiki efisiensi pengerjaan proyek-proyek segala ukuran. Pada PERT, penekanan diarahkan kepada usaha mendapatkan kurun waktu yang paling baik (ke arah yang lebih akurat).














LAMPIRAN



Tidak ada komentar:

Posting Komentar